SISTEM TANAM SEBAGAI SARANA HASIL PANEN

PAKAI SISTEM TANAM YANG MEMBERI HASIL TINGGI
Penulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN di BANTEN )

Ada petani A, dia sudah lama menerapkan sistem tanam tandur jajar. Sebelum tanam, petani A ini mencaplak sawahnya. Jarak tanam yang dipakai adalah 27 x 27 cm. Hasil panen yang didapat pun sudah tergolong baik.

Beberapa tahun kemudian, PPL datang memberikan penyuluhan. Salah satu yang ditawarkan adalah sistem tanam legowo. Legowo pun dengan sisipan. Singkat cerita, musim tanam berikutnya petani A ini tak menggunakan sistem legowo. Hitung punya hitung, hasil panen sebelum legowo lebih baik. Dan petani A ini kurang sreg dengan sistem legowo apalagi yang pake sisipan.

Pertanyaannya : “apakah petani A ini salah bila tak pakai sistem legowo?”

Ada juga petani B, beberapa musim tanam yang lalu Petani B menggunakan sistem tanam “semau-mau tangan tukang tandur (asal-asalan) ” alias sistem “tanam ceker ayam”.

Beberapa musim sebelumnya, PPL datang memberikan penyuluhan. Salah satu yang ditawarkan adalah sistem tanam legowo. Yang diarahkan PPL adalah Legowo pun dengan sisipan. Tapi petani B tak pakai sisipan. Singkat cerita, musim tanam berikutnya petani B selalu pakai sistem legowo.  Hitung punya hitung, hasil panen  setelah pakai sistem legowo lebih baik.

Petani B ini begitu bangga bisa menerapkan sistem legowo. Bahkan petani B ini menawarkan petani lain menggunakan sistem legowo ini.

Pertanyaannya : ” apakah petani B ini sudah benar bila memakai sistem legowo ?

Ada juga petani C, beberapa musim tanam yang lalu Petani C menggunakan sistem tanam “semau-mau tangan tukang tandur” alias sistem “tanam ceker ayam”.

Beberapa musim sebelumnya, PPL datang memberikan penyuluhan. Salah satu yang ditawarkan adalah sistem tanam legowo. Tapi petani C tak pakai sisipan.

Singkat cerita, musim tanam berikutnya petani C tak pakai sistem legowo.  Kembali lagi ke sistem tanam “semau-mau tangan tukang tandur”. Walau hitung punya hitung, hasil panen setelah sistem legowo lebih baik. Tapi petani C ini tak menerapkan sistem tanam yang sudah membuat panennya meningkat. Aneh ya?

Pertanyaannya : ” apakah petani C salah bila memakai sistem legowo ?

Dari ketiga kejadian yang dialami oleh para petani tersebut manakah yang disebut petani terbaik?

Mungkin jawaban terbanyak dari pembaca : “pasti B lah”

Jawaban saya : ” pasti bukan C lah”

Artinya petani A dan petani B sama-sama baik. Kok gitu?

Menurut saya,” sistem tanam adalah sarana yang bisa menghantarkan petani kepada hasil panen terbaik (terbanyak)”

Bila petani A dengan tandur jajar hasilnya lebih banyak dari legowo maka itu adalah pilihannya. Pilihan untuk mendapatkan hasil terbaik.

Demikian pula, bila petani B mendapatkan hasil terbaik dari sistem legowo maka itu adalah pilihannya. Pilihan untuk mendapatkan hasil terbaik.

Kalau ada pertanyaan : “kalo petani C dengan sistem tanam “semau-mau tangan tukang tandur” mendapatkan hasil terbaik. Bukankah itu pilihannya?”

Jawaban saya : “Mau tau?”

“Apa dong ?”

” yang tanya seperti itu pasti bukan petani”

” kok gitu?”

” ya harus begitu” heee

About NURMAN IHSAN

Bila cinta kepada seseorang saja, di hati penuh kerinduan. Apalagi bila kita dapatkan cinta ALLOH SWT. Ini prestasi seorang hamba. Prestasi hidup. Dan prestasi terbesar. Oleh sebab itu, rebutlah cinta itu,,,
This entry was posted in SISTEM TANAM. Bookmark the permalink.

6 Responses to SISTEM TANAM SEBAGAI SARANA HASIL PANEN

  1. suli says:

    ha ha ha…..Pak Ihsan bisa improvisasi juga. ha ha ha
    ya ya….betul betul betul…..semakin saya mendekati percaya Pak Ihsan menjiwai JIWA petani.
    syukurlah…senang saya, ada perbandingan seperti itu, setidaknya bagi petani yang masih beranggapan bahwa banyak rumpun banyak hasilnya. lebih sistem ceker ayam…..harus sudah di tinggalkan sebetulnya.

    • NURMANIHSAN says:

      Begitulah yg terjadi di lapangan Mas
      Para PPL sepertinya begitu senang bila sistem legowo diterapkan. Mereka berpendapat dng legowo hasil akan tinggi. Padahal kan tidak slalu.
      Bisa jd ada petani yg hasilnya bisa tinggi dng tandur jajar.
      Sy pernah telp Pak Ito, dipakai sistem tandur jajar dengan jarak 35 x 35 cm. Dan hasil malainya kan luar biasa.

  2. hanif says:

    pak ihsan,bleh tau ga padi apa yg dtanam sama pak ito?
    kok bisa malah hasinya banyak apa karena padinya itu anaknya banyak ya?

    • NURMANIHSAN says:

      Padi lokal pak, persilangan padi lokal.
      cuma, info yg saya dapat: berasnya pera pak.
      Klo hasil banyak mmrt sy, sbb hasil persilangan padi lokal yg karakternya unggulnya didaptkan dan sesuai dng iklim di daerah tsb.
      itulah keunggulan pemulia tanaman sekaligus petani, bisa menghasilkan padi yg hasilnya banyak.

  3. suli says:

    Iya, harusnya Pak ito itu dapat bakrie award, coba ukuran 35 x 35 cm hasilnya malah lebih banyak, jangan mikir pera peraan, malah kalau pera itu rendah kadar gulanya alias anti diabetes, bisa jadi sejajar non beras.
    Unggul di daerah sangat di pertahankan biarpun pera, unggul dari hasil, ketahanan hama dan penyakit, adatif lingkungan sekitar.
    Ya pak ito petani jadi tidak pakai macam macam ukuran yang njlimet2, mungkin tadinya ukuran lebih kecil, mencoba ukuran 35×35 hasilnya banyak, jadi pakailah ukuran itu, tapi kita lantas jangan menirunya dengan harapan hasilnya sama, karena tergantung kita.semua ada proses…mungkin dengan ukuran itu pak ito sudah tiap tahun selalu kasih pupuk dasar organik, ini penting. meniru boleh tapi harus sabar, tekun dan tekan. kalau sabar di lakukan dengan tekun bakal tekan ( sampai tujuannya)

  4. yanuar says:

    Trimakasih pak…..ini sangat membantu. masalah seperti ini,yg sementara saya hadapi di Lapangan (di Lokasih UPSUS), tp setelah membaca artikel ini,,saya lebih mengerti dan memahami sehingga saya juga bisa menjelaskan kpd petani2,,dan Alhamdulilah mereka bisa menerima sistem tanam Jajar Legowo.

Leave a comment