RENDEMEN PADI ATAU BERAS

RENDEMEN BERAS KOK TERUS TURUN?
Penulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN di BANTEN )

Apa Itu Rendemen Beras?

Secara sederhana, Rendemen adalah Penyusutan, tepatnya Angka Penyusutan. Biasanya dinyatakan dalam persen.

Biasanya, cara menghitung rendemen tsb begini: bila ada 100 kg gabah (GKG) kemudian digiling  menjadi beras 63 kg.  Maka rendemen gabah tsb adalah 63 kg, karena dalam bentuk persen maka  63/100 x 100 % = 63 %

Atau simpelnya gini: kalau berasnya jadi 63 ya 63 %. atau kalau dalam 100 kg jadi beras 62 kg maka rendemen 62 %. Mudahkan?

Sumber Data

Ada data yang menarik disimak, data ini mengenai rendemen beras. Dan juga, konversi gabah keirng panen (GKP) ke Gabah Kering Giling (GKG) yang dari tahun ke tahun terus turun? data ini saya ambil dari http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/09/08/konversi-gabah-menjadi-beras-6274-persen-tahukah-anda-darimana-angka-itu-berasal/

Hasil Survei  Susut Pasca Panen 1987 dan Survei Gabah-Beras tahun 1988:  rendemen 65,00 persen

Kemudian angka tersebut berubah menjadi 63,20 persen yang merupakan hasil Survei Susut Pasca Panen 1995 dan Survei Gabah-Beras 1996.

Mulai tahun 2009, ada angka baru yaitu 62,74 %.

Angka konversi GKG menjadi beras sebesar 62,74 persen yang sering disebut juga angka rendemen penggilingan lapangan merupakan angka yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian. Angka tersebut merupakan hasil dari Survei Susut Panen dan Pasca Panen Gabah/Beras yang dilakukan oleh BPS dan Kementerian Pertanian tahun 2005 hingga 2007 yang diintegrasikan.

Rendemen Beras Kok Terus Turun?

Pertanyaannya adalah mengapa rendemen beras terus turun dari tahun ke tahun?

Tahun 1987/1988

Kalau kita perhatikan tahun 1987 dan 1988, jenis padi yang terkenal saat itu adalah IR-64. Dilepas tahun 1986, potensi hasil sekitar 6 ton/ha dengan rata-rata prosuksi 5 ton/ha.

Apakah gabah yang disurvey varietas IR64 yang baru 1-2 tahun dilepas? atau gabah lain yang disurvey? kalau betul, varietas apa yang rendemennya tinggi scara nasional?

Kemudian, pupuk kimia terutama NPK  belum berkembang atau mungkin juga belum diproduksi. Kalau berbicara sistem tanam, terutama legowo belum juga diterapkan, dll.

Tapi mengapa hasil rendemennya tinggi sekitar 65 % ? atau data tsb dibuat agar pemimpin saat itu senang? saya tak tahu.

Tapi, alasan yang mungkin yang paling mungkin adalah penggunaan pupuk organik terutama pupuk kandang saat itu mungkin masih tinggi. Apakah dengan pupuk organik yang tinggi rendemen beras tinggi pula? bisa jadi atau bisa juga tak demikian.

Tahun 1995/1996

Untuk tahun 1995 dan 1996, angka susut dari 65 % menjadi 63,20 %. Artinya susut turun 1,8 %.

Untuk tahun 1995 dan 1996, varietas padi yang dilepas belum ada yang sepopuler IR64, karena varietas Ciherang dilepas tahun 2000. Asumsi daya, karena dah sekitar 9 tahun dilepas, varietas IR64 dah tersebar dipelosok daerah. Jadi, varietas ini yang banyak ditanama petani.

Tapi, rendemennya jadi 63,20 %.

Tahun 2005 dan 2007

Survey terbaru, tahun 2005 dan 2007  hasil dari Survei Susut Panen dan Pasca Panen Gabah/Beras yang dilakukan oleh BPS dan Kementerian Pertanian: Rendemen Beras jadi 62,74 %.

Berati turun lagi, dari 63,20 menjadi 62,74 %. Artinya turun lagi 0,44 %. Atau turun sebanyak 2,24 % dari survey tahun 1987.

kalau survey tahun 2005, maka ada waktu 5 tahun sudah sejak varietas ciherang dilepas pemerintah. Varietas ciherang adalah varietas yang disukai petani kala itu, mengapa? biasanya petani akan menanam karena hasilnya tinggi dan rendemennya tinggi. Di samping rasa beras tentunya.

Alasan Apa Turun?

Jadi, apa alasan yang bisa dipahami bila rendemen beras dari tahun 1987/1988 sampai saat ini kok terus turun?

About NURMAN IHSAN

Bila cinta kepada seseorang saja, di hati penuh kerinduan. Apalagi bila kita dapatkan cinta ALLOH SWT. Ini prestasi seorang hamba. Prestasi hidup. Dan prestasi terbesar. Oleh sebab itu, rebutlah cinta itu,,,
This entry was posted in ABOUT TANAMAN PADI, UBINAN/PANEN. Bookmark the permalink.

Leave a comment