MODEL UBINAN PADI YANG LEBIH TEPAT

MENGHITUNGAN UBINAN PADI VERSI NURMAN IHSAN
Penulis : Nurman Ihsan, SP ( THL TBPP DEPTAN di BANTEN )

Pada beberapa pekan yang lalu, saya pernah menulis 2 cara ubinan untuk mengetahui hasil perkiraan panen padi dalam Gabah Kering Panen ( GKP ). Pada model pertama, kita melakukan ubinan dengan mengukur 2,5 m x 2,5 m. Kemudian dikasih tanda, dipanen, dirontokan, dibersihkan dan ditimbang hasilnya. Bila dapat 5 kg gabah, maka tinggal dikali 1.600 maka hasilnya 8 ton per hektar GKP.

Sekarang saya akan memberikan ilustrasi sederhana.

Misalkan ada 2 orang THLTBPP mau melakukan ubinan di areal yang sama. Saya ambil contoh saja, nama THL pertama bernama Mahpudin. Untuk THL yang kedua, saya sendiri. Sawah yang akan kita lakukan ubinan milik Pak Saeman didesa Bunder, Cikupa.

Pak Mahpudin karena sejak menjadi THL mendapatkan materi SL PTT dari para PPL melakukan ubinan seperti cara di atas. Mencari jarak 2,5 x 2,5 meter, tanpa melihat jarak tanamnya. Ataupun jumlah rumpunnya. Hasilnya seperti di atas 8 ton GKP.

Saya sendiri adalah THL TBPP di Provinsi Banten. Saya pun mendapatkan cara melakukan ubinan seperti model di atas. Tetapi saya tak terpaku pada model ini saja, saya cari literarur-literatur lain. Saya olah dan saya pelajari, kemudian saya ambil kesimpulan. Maka jadilah ubinan model saya ( mungkin ada yang sudah melakukannya, sayanya saja yang belum mengetahuinya ).

Langkah-langkah yang saya ambil :
1. Kita harus mengetahui jarak tanamnya. Saya ambil contoh jarak tanamnya 25 x 25 cm atau ( 0,25 x 0,25 m)
2. Sistem tanam yang digunakan adalah sistem tandur jajar atau legowo.
3. Jumlah rumpun yang dihitung diusahakan sebaiknya 10 x 10 = 100 rumpun ( bisa juga 5 x 5, 15 x 15 atau 20 x 20 )
4. Setiap rumpun tanaman dengan tanaman yang lain punya ruang antara. Ruang antara ini juga perlu dihitung untuk memperoleh hasil yang mendekati produksi panen. Misalkan jarak lebar tanam 25 cm maka jarak antara 12,5 cm di bawah dan 12,5 cm di atas. Demikian pula jarak panjang antara 25 cm jarak antaranya 12,5 cm. Di samping kanan dan di samping kiri.
5. Setelah itu baru diukur.

Untuk jelasnya seperti ini,

Saya ambil lebarnya 25 cm maka untuk 10 tanaman adalah 250 cm atau 2,5 m. Jarak antaranya 12,5 cm di atas dan 12,5 cm di bawah atau total 0,25 m. Jadi jarak lebar ubinan 2,5 + 0,25 = 2,75 meter.

Untuk panjangnya sama 25 cm, maka untuk 10 tanaman adalah 250 cm atau 2,5 m. Jarak antaranya 12,5 cm di samping kanan dan 12,5 cm di samping kiri atau total 0,25 m.

Jadi jarak panjang ubinan 2,5 + 0,25 = 2,75 meter.
Hasilnya 2,75 x 2,75 m = 7,56 m2
Kemudian luas 1 ha ( 10.000m2 ) : 7,56 m2 = 1.323
Hasil ubinan misalkan 5 kg

Maka perkiraan ubinan saya hasil produksi sawah Pak Saeman 1.323 x 5 kg = 6,615 ton GKP

Hasil dari ubinan SAYA dengan Pak Mahpudin ada selisih yang cukup besar sekitar 1,385 ton GKP

Untuk lebih jelasnya silahkan para pembaca, bisa para petani, para THL, PPL dll bisa melakukan ke dua cara ubinan tersebut. Dan bandingkan perkiraan produksinya dengan melihat hasil gabah yang sudah ditimbang dan dikarungkan.

Semoga ini dapat memberi penngetahuan bagi semua. Saya hanya mengharapkan pahala dari Sang Pencipta. Bila ada ilmu yang saya tulis berguna bagi pihak lain. Amin.

About NURMAN IHSAN

Bila cinta kepada seseorang saja, di hati penuh kerinduan. Apalagi bila kita dapatkan cinta ALLOH SWT. Ini prestasi seorang hamba. Prestasi hidup. Dan prestasi terbesar. Oleh sebab itu, rebutlah cinta itu,,,
This entry was posted in UBINAN/PANEN. Bookmark the permalink.

10 Responses to MODEL UBINAN PADI YANG LEBIH TEPAT

  1. Pingback: MENGHITUNG PRODUKSI PADI | CERITA BUAT KATA, KATA ITU ADALAH CINTA

  2. Pingback: UBINAN PADA TANAMAN PADI | CERITA BUAT KATA, KATA ITU ADALAH CINTA

  3. omyosa says:

    MARI…..
    “KITA BUAT PETANI TERSENYUM . KETIKA PANEN TIBA”. .

    Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.
    NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.
    Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6 — 8 ton/hektar.

    Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi. Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3, 8 ton/hektar (statistik nasional 2010).
    Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

    System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik.

    Tetapi SRI sampai kini masih belum juga mendapat respon positif secara luas dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya. Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

    Tawaran solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima dan diterapkan oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

    “”BERTANI DENGAN SISTEM GABUNGAN SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), PUPUK ORGANIK AJAIB (SO/AVRON/POC), AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAH GLIO DAN AGEN HAYATI PENGENDALI HAMA TANAMAN BVR, DENGAN POLA TANAM JAJAR GOROWO”

    Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang lebih sehat, lebih lestari, dan ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 100% — 400% dibanding pola tanam konvensional seperti sekarang.

    POLA TANAM JAJAR GOROWO
    Kata “gorowo” diambil dari bahasa Jawa yaitu “lego”, “jero” dan “dowo”. Lego artinya luas/lebar, jero artinya dalam dan dowo artinya panjang. Teknologi jajar gorowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan dan diselang dengan parit/selokan/gorowo sehingga seolah-olah rumpun padi berada dibarisan pinggir bedengan yang akan memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir. Cara tanam padi pola tanam jajar gorowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo dan disempurnakan menjadi tanam jajar gorowo.

    Media tanam dalam bentuk bedengan tidak digenangi air, tetapi tinggi air pada parit/selokan sama atau sedikit lebih rendah dari permukaan tanah bedengan. Bibit ditanam pada usia muda (6 – 10 hss) dan satu bibit untuk satu titik tanam.

    Cara tanam pada pola tanam jajar gorowo bisa 4:1 atau 2:1. Pada pola tanam jajar gorowo 2:1, setiap dua bedengan terdapat lorong selebar 45 cm (10cm pinggir bedengan + 25cm parit gorowo + 10cm pinggir bedengan berikutnya), jarak tanam pada barisan masing-masing 18 cm s/d 20 cm, tetapi jarak tanam antar barisan berikutnya 40 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumpun padi yang berada di barisan pinggir hasilnya bisa 2(dua) sampai 3 (tiga) kali lipat lebih tinggi dibandingkan produksi rumpun padi yang berada di bagian dalam.

    Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam jajar gorowo 4:1 atau 2:1. Berdasarkan hasil penelitian terbukti meningkatkan produksi padi sebesar 18-22%.

    Keuntungan menggunakan pola tanam jajar gorowo adalah:
    1. Pada pola tanam jajar gorowo 2:1, rumpun tanaman padi berada pada barisan pinggir pematang, sedangkan pada teknik pola tanam jajar gorowo 4:1, separuh tanaman berada pada bagian tengah (yang akan mendapat manfaat border effect dari tanaman pinggir).
    2. Jumlah rumpun padi meningkat sampai 33%/ha.
    3. Meningkatkan produktivitas padi 22%.
    4. Memudahkan pemeliharaan tanaman.

    Keuntungan bertani pola gabungan SRI, PO, EM16+, dan pola tanam jajar gorowo adalah:
    1. Hasil yang diperoleh murni organik
    2. Penggunaan bibit sangat sedikit (5-6 kg per hektar).
    3. Mampu meningkatkan hasil sampai 400% dan kualitas produksi yang lebih baik, termasuk harga jual yang tinggi dibanding cara bertani konvensional.
    4. Pola tanam jajar gorowo memberikan ruang/lorong yang luas (termasuk parit/selokan yang dalam) dapat dan sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan baby (minapadi)
    5. Masa pemeliharaan ikan baby dapat lebih lama, yaitu 70-75 hari, dibanding cara tanam jajar biasa yang hanya 40 – 45 hari.
    6. Hasil ikan yang diperoleh dapat meningkatkan usaha tani.
    7. Dapat meningkatkan pendapatan usahatani antara 10-30%.

    Teknik bertani sistem gabungan SRI, SO, EM16+, GLIO dan. BVR dengan pola tanam jajar gorowo pada lahan 1 hektar.

    1. Persiapan benih dan menanam benih usia semai muda
    Kebutuhan benih untuk tanaman padi model SRI adalah 5-7 kg per hektar lahan.Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam. Larutan air garam yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur, maka telur akan terapung.
    Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih telah diuji direndam POC NASA dosis 2 tutup / 10 liter air selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian disemaikan pada media tanah dan pupuk organik atau kompos (1:1) didalam wadah segi empat ukuran 20×20 cm selama 6 hari. Setelah umur 6-10 hari benih padi sudah siap ditanam.
    2. Olah tanah dan atur jarak tanam dengan bibit tunggal
    a. Mula-mula tanah dicangkul tau dibajak menggunakan traktor atau tenaga sapi atau kerbau.
    b. Selanjutnya tanah digaru sambil disebari Dolomit 250 – 500 kg per 1 hektar dan pupuk kompos 2 ton/hektar (kompos hanya digunakan sekali saja terhadap tanah yang sudah terlanjur rusak akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali, untuk periode tanam berikutnya cukup gunakan jerami dari padi hasil panen) dan ditaburkan serbuk agen hayati pengendali hama tanah GLIO NASA dengan dosis 30 pact @100gram per 1 hektar.
    c. Selanjutnya setelah tanah sawah digaru dikeringkan/ ditiriskan semalaman untuk memudahkan pembuatan bedengan.
    d. Kemudian pada hari berikutnya bedengan dibuat dengan ukuran lebar 60 cm diselang parit selebar 25 cm dan dalam 30 – 40 cm.
    e. Selanjutnya buat larutan 10 liter cairan EM 16+ dengan 980 liter air air yang sudah ditambahkan 10 liter air gula (molas) diaduk perlahan berlawanan dengan arah jarum jam, dan didiamkan selama 4-5jam kemudian sejumlah 1000 liter larutan EM16+ tersebut disiramkan/ digemborkan atau disemprotkan merata dipermukaan tanah bedengan untuk lahan seluas 1 hektar.
    f. Sehari kemudian parit diantara bedengan dialiri air sampai rata dengan permukaan tanah bedengan dan apabila terdapat pinggiran tanah bedengan yang rusak/larut kedalam air parit, lumpur yang ada diparit diangkat untuk memperbaiki bedengan, sekaligus permukan bedengan diratakan.
    g. Kemudian diatas bedengan dibuatkan garis-garis jarak tanam, yaitu 10 cm dari pinggir bedengan kiri dan kanan, sehingga jarak antar barisan selebar 40 cm. Selanjutnya dibuatkan titik-titik tanam pada masing-masing barisan dengan jarak titik tanam pada masing-masing barisan antara 18 – 20 cm.
    h. Selanjutnya bibit padi hasil semaian antara 6-10 hari dapat langsung ditanamkan pada masing-masing titik tanam dengan posisi akar dan batang menjadi berbentuk (L) dan akar dibenamkan tidak lebih dari 1 cm saja dari permukaan tanah.
    3. Mempertahankan tanah basah tapi tidak tergenang.
    Untuk mempertahankan agar tanah bedengan tetap basah tetapi tidak tergenang, maka upayakan tinggi air diantara bedengan maksimal setinggi bedengan atau sedikit dibawahnya (1-2 cm dibawah permukaan tanah bedengan).

    4. Pemeliharaan tanaman
    a. Membersihkan gulma pada hari ke 5 dan ke 6, diulang pada hari ke 12 dan 13, 19 dan 20, 26 dan 27 dengan cara digaruk dengan garukan kemudian dibenamkan, atau langsung dibenamkan dengan menggunakan logam dalam bentuk garpu. Tanah bekas pembenaman gulma tidak perlu ditutup sehingga akan terbentuk lubang-lubang kecil yang akan terisi dengan air resapan.
    b. Memberikan pupuk Ajaib SO yang dilarutkan dengan air 3 tutup/tangki 10 liter dengan cara disemprotkan. Pada minggu pertama (hari ketujuh) cukup 1 liter pupuk ajaib SO dilarutkan kedalam 350 liter air dan semprotkan merata ke daun dan batang tanaman seluas 1 hektar,
    c. Kemudian pada minggu kedua dan minggu ketiga ditingkatkan menjadi 2 liter pupuk ajaib SO dilarutkan kedalam 700 liter air dan semprotkan merata ke daun dan batang tanaman seluas 1 hektar,
    d. Kemudian pada minggu keempat ditingkatkan menjadi 3 liter pupuk ajaib SO dilarutkan kedalam 1000 liter air dan semprotkan merata ke daun dan batang tanaman seluas 1 hektar.
    e. Selanjutnya pada minggu kelima diberikan larutan pupuk Power Organik NASA dengan dosis 2 kg dilarutkan kedalam 1000 liter air dan digemborkan secara merata ditengah-tengah bedengan seluas 1 hektar diantara 2 barisan rumpun padi (dibekas garukan atau lubang-lubang pembenaman gulma).
    f. Kemudian pada minggu keenam larutan pupuk ajaib SO disemprotkan kembali dengan dosis sama dengan sebelumnya yaitu 3 liter pupuk ajaib SO dilarutkan kedalam 1000 liter air disemprotkan merata ke daun dan batang tanaman seluas 1 hektar.
    5. Mengendalikan hama tanah dan tanaman dengan agen hayati pengendali hama
    a. Pada minggu ketujuh dan minggu kedelapan apabila terlihat tanda-tanda terdapat hama berupa walangsangit dan lain-lain, larutan pupuk ajaib SO dapat dicampurkan dengan larutan BVR NASA dengan dosis 3 liter pupuk ajaib SO +10 pact@100gram dilarutkan kedalam 1000 liter air disemprotkan secara merata ke daun dan batang untuk tanaman seluas 1 hektar.
    b. Kemudian pada minggu kesembilan dan minggu kesepuluh larutan BVR NASA saja dengan dosis 10 pact@100gram kedalam 1000 liter air disemprotkan kembali ke daun dan batang secara merata.
    c. Kendalikan hama secara terkendali dan bijaksana tanpa harus membunuh predator pemangsa hama dari awal tanam hingga masa panen.

    Selamat mencoba dan terimakasih,
    omyosa@gmail.com; 02137878827

  4. Farida says:

    salam kenal bung…..trimakasih info2nya …sy penyuluh juga…..dari kota Malang

  5. ade says:

    asalam pak.saya mau nanya gimana cara menghitung angka random untuk mencari titik ubinan mas,? makasih sebelumnya…

  6. kl bibitnya muda, apa nanti gak hanyut ato ambruk atao tertimbun lumpur mas..?

  7. Ibana Naga says:

    bukanny dalam 2,5 m terdapat 11 rumpun bila jarak tanam 25 cm

  8. dyah says:

    kalo yang di ubin kedelai,apakah caranya juga sama??
    Saya ada cara lagi,misal hasil ubinan padi 5kg x 1600=8ton/ha x 0,8=6,4 ton/ha.
    0,8 adalah faktor x seperti galeng,rontok dsb.

Leave a comment